Begini Penjelasan Buya Yahya Soal Wayang dan Islam, Kisah Ini Berawal dari Para Wali

- Selasa, 15 Februari 2022 | 15:05 WIB
Buya Yahya (Foto: Istimewa)
Buya Yahya (Foto: Istimewa)

DepokToday.com- Pendakwah tersohor, Buya Yahya ternyata sempat menjelaskan tentang hukum wayang menurut Islam. Ia tak menampik jika media seni itu sempat digunakan untuk mensyiarkan dakwah. Berikut ulasannya.

Penjelasan Buya Yahya tentang wayang dan Islam dijawab ketika ia mendapat pertanyaan dari salah seorang jamaah. Hal itu terekam dalam video yang diunggah melalui akun YouTube pribadinya pada 2020, silam

Kala itu, pemilik nama lengkap Yahya Zainul Ma'arif atau yang lebih akrab disapa Buya Yahya mengatakan, pada zaman dahulu, wayang berbentuk patung menyerupai makhluk bernyawa.

Para ulama sepakat, jika berbentuk patung dan menyerupai sosok bernyawa maka itu diharamkan. Namun kalau tidak menyerupai bentuk yang bernyawa maka dipersilahkan. Ia menegaskan, kesenian wayang telah lebih dulu ada sebelum Islam masuk ke Nusantara.

Wayang itu budaya dan seni, sebelum adanya Islam sudah ada wayang. Nah para ulama salah satunya dari Walisongo ini kemudian menggunakannya sebagai sarana untuk berdakwah, tujuannya adalah berdakwah,” katanya dikutip DepokToday.com pada Selasa, 15 Februari 2022.

Baca Juga: Bongkar Dosa di Pilkada Depok, 7 Jaksa Raih Penghargaan, Begini Sepak Terjangnya

Baca Juga: Detik-detik Anggota Brimob Nangis Sampai Cium Tangan Begitu Tahu Sosok yang Diusirnya TGB

Pada zaman itu, masyarakat sangat menyenangi kesenian wayang.

“Nah para wali itu melihat yang dipelopori Sunan Kalijaga budaya yang orang bisa berkumpul di situ beliau masuk dakwah. Melalui wayang itu banyak kisah yang dirubah kisahnya, kemudian diubah bentuknya atau karakternya untuk menghindari kesyirikan,” jelasnya.

“Karena di situ kan dalam pewayangan banyak kisah yang diambil dari kisah Hindu-Budha tentang tentang Ramayana dan sebagainya itu bagaimana kan itu selalu Dewa, Dewa itu kan Tuhan,” sambungnya.

Ilustrasi wayang kulit
Ilustrasi wayang kulit (Foto: Istimewa)

Lebih lanjut ia mengungkapkan, kemudian untuk menghilangkan kesyirikan, maka para ulama saat itu membuat wayang menjadi tipis dan menghilangkan karakter yang dianggap bernyawa. Sehingga kesenian itu menjadi Islami.

“Ceritanya harus ada di situ tentang Tuhan, tentang Allah. Dewa-dewi itu hanya sekedar kisah yang meramaikan, tapi di situ bukan dianggap sebagai Tuhan dan oleh orang yang ngerti agama dikemas, dimulai dari pada Walisongo, yaitu Sunan Kalijaga.”

Terkait hal itu, ia pun mengimbau para dalang atau pelaku kesenian agar wayang itu digunakan untuk membangun, bukan memprovokasi, bukan mengajari jelek, tapi membangun keimanan di dalamnya.

Halaman:

Editor: Zahrul Darmawan

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X