
Peristiwa itu, lanjut Opa Dolf, terjadi tepat di hari perayaan ulang tahun kakaknya, yakni Yacobus Jonathans, 11 oktober 1945.
"Kita waktu itu kebiasan orang Depok sini memasak kacang merah sama kaki babi. Satu panci penuh jadi sudah dimasak ditinggalkan saja.
Tapi pas kembali itu doang yang masih utuh. Sedangkan yang lain sudah dicincang ada bekas pedang. Yang aneh itu doang yang enggak disentuh. Puji Tuhan kita masih bisa makan. Kita bagi-bagi tetangga," katanya.
Baca Juga: Tolak Ahmadiyah! Peserta Aksi Damai 227 Sindir Wali Kota Depok: Hai Kiai, Kau Khianati Kami
Opa Dolf mengaku dirinya tidak tahu betul berapa jumlah pasti korban yang tewas akibat pembantaian tersebut.
Namun, dari sekian banyak korban yang ia ingat adalah keluarga De Bruin, yang juga bagian dari keturunan 12 Marga (kaum Depok) pengikut Cornelis Castelein, saudagar VOC.
"Saya teman dekat anaknya De Bruin, yakni Maudy De Bruin. Dia (Maudy) lebih muda empat tahun dari saya. Dia melihat langsung kepala ayahnya dipenggal dan ibunya dibunuh. Dia sempat memohon agar orang tuanya tidak dibunuh tapi tetap dieksekusi. Ya di rumahnya dibantai, yang selamat hanya Maudy," kata Opa Dolf.
Baca Juga: Warga Gerebek Kontrakan Tempat Cewek Open BO di Depok
Hari berikutnya, para laskar pemuda itu pun kembali. Kali ini, mereka membawa seluruh pria ke gerbong kereta untuk dibawa ke Lapas Paledang Bogor.
Artikel Terkait
Zaidul Akbar Ungkap Jenis Makanan yang Bikin Cepat Tua: Berisiko Meningkatkan Kematian
Liga 1 2022-2023, Tekad Bali United Pertahankan Tren Positif Setiap Bertemu Persija
Begini Alur Pengajuan dan Daftar Tarif Sedot Tinja di Kota Depok
Gedoran! Sisi Kelam Penjarahan Hingga Pembantaian 'Belanda Depok'
Liga 1 2022-2023: Tandang ke Bali United, Misi Persija Perbaiki Rekor Pertemuan