DepokToday.com - Kasus penambahan pasien Covid-19 yang diprediksi karena varian Omicron di Indonesia terus mengalami kenaikan yang signifikan. Meski begitu, sejumlah pakar mengatakan kasus penambahan belum dipuncak dan masih terus terjadi.
Kondisi penyebaran Omicron ini menyebabkan tingkat keterisian sejumlah rumah sakit mengalami kenaikan. Selain itu, kondisi yang sama juga terjadi pada tempat isolasi.
Penambahan kasus varian Omicron yang diprediksi masih terjadi itu karena pakar menilai Indonesia yang belum mencapai puncak Covid-19.
Baca Juga: Saksi Ungkap Hal Mengerikan Dibalik Detik-detik Tragedi Ritual Maut Pantai Payangan
Melansir dari Suara.com Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia atau IDI, Profesor Zubairi Djurban menekankan bahwa situasi dan kondisi wabah virus corona di Indonesia berbeda dengan Inggris atau pun Amerika Serikat.
Sehingga, kata Profesor Zubairi, aturan lepas masker di area publik seperti yang diberlakukan pemerintah Inggris tidak serta merta bisa diterapkan di sini.
Ia juga menyebut bagaimana Indonesia diprediksi belum mencapai puncak gelombang ketiga akibat virus corona varian Omicron.
"Situasi Indonesia beda dari Inggris dan Amerika. Kita ini belum capai puncak dan belum landai. Jadi belum waktunya berdamai dengan Covid-19, apalagi lepas masker," kata Profesor Zubairi, dikutip dari tulisannya di Twitter pribadinya, Senin 14 Februari 2022.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam itu menjelaskan bahwa untuk bisa berdamai dengan wabah Covid-19, diperlukan pertahanan dengan sistem imun yang kuat dari masyarakat.
"Kalau 'musuh' mulai mundur, pertahanan (booster) kita sudah kuat, baru kita pikirkan untuk berdamai dengan mereka," pungkasnya.
Kasus positif harian gelombang ketiga saat ini diketahui telah mendekati puncak gelombang kedua pada Juli 2021 lalu.
Berdasarkan data Satgas Covid-19 pemerintah RI, pada Jumat (12/2) lalu dilaporkan sebanyak 55.209 kasus baru dalam sehari. Jumlah tersebut sedikit di bawah dari puncak gelombang kedua yang terjadi pada 15 Juli 2021 dengan 56.757 kasus.
Diprediksi, kasus infeksi pada gelombang ketiga akibat Omicron akan lebih tinggi dibanding gelombang dua akibat Delta, yang terjadi tahun lalu. Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menyebut, puncak gelombang ketiga kemungkinan baru akan terjadi pada akhir Februari hingga awal Maret.
Meski begitu, ia juga memperkirakan kalau tidak akan semua kasus positif Covid-19 bisa ditemukan dan terdata. Karena lebih banyak masyarakat yang terinfeksi tapi tidak bergejala.
Artikel Terkait
Sebut Omicron Tak Berbahaya, Mantan Menkes Siti Fadilah Bongkar Keanehan Vaksin Booster
Wali Kota Depok Keluarkan Edaran Siap Siaga Hadapi Varian Omicron, Begini Bunyinya
Minta Tidak Panik Hadapi Omicron, Luhut Tetap Sarankan Lansia yang belum Vaksin Tinggal di Rumah
Ini Kriteria Pasien Omicron Sembuh dan Bebas dari Isoman
Gelombang Tiga Terjadi Tak Perlu Khawatir, Studi Luar Negeri Meyakinkan Omicron Tidak Bahaya, Asalkan?